Essay seseorang yang menginspirasi
Disini
saya akan menulis tentang orang tua teman saya, yang menurut saya dia adalah
sosok yang mengisnpirasi, nama beliau adalah yeti sumiati sekarang dia adalah
seorang bidan, namun perjuangan nya untuk menjadi seorang bidan pada masa lalu
beliau sungguhlah sangat hebat dan itu lah yang membuat saya terinspirasi.
Beliau
lahir di Garut, di sebuah kampung kecil bernama cimasuk, saat menginjak masa sd
beliau sekolah dengan berjalan kaki sejauh 2 km lebih setiap harinya untuk
mencapai sekolah nya, tidak ada kendaraan pada waktu itu, jalan yang dilewati
pun hanya jalan setapak dengan sawah dan pepohonan di samping nya, jika
dibandingkan dengan remaja masa kini sungguh jauh berbeda kita skr mungkin
hanya perlu ke jalan raya lalu naik angkutan umum namun beliau berjalan kaki
menyusuri jalan setapak dengan kaki kecilnya waktu itu.
Pernah ketika itu beliau pulang terlalu sore
jalan nya sangat gelap sekali, tidak ada penerangan di jalan nya, pernah
membuat beliau terjatuh ke sawah, namun beliau tidak pernah berkeluh kesah,
malam pun tiba, penerangan pada saat itu hanya ada lampu petromax atau obor
karena pada saat itu jarang yang menggunakan lampu atau bahkan masih belum ada
karena listrik nya juga belum sampai ke desanya, beliau pernah bercerita
bagaimana susah nya belajar saat malam tiba, minim nya penerangan membuat
beliau harus belajar dengan cara mendekatkan diri ke penerangan, yaitu lampu
petromax karena terlalu dekat dengan lampu tersebut terkadang menyebabkan
hidung nya hitam dan beliau tertawa saat menceritakannya pada saya. Namun sekali
lagi beliau tidak pernah mengeluh kepada siapapun dia tetap semangat dan
pantang menyerah sehingga dia berhasil tamat sd walau teman teman nya banyak
yang meninggalkan pendidikan nya waktu sd.
Tak
jauh berbeda ketika smp dan sma, sekolah beliau saat smp dan sma bahkan lebih
jauh, selain berjalan beliau juga harus menumpang mobil sayuran atau apa saja
yang lewat untuk sampai ke smp nya, terkadang jika tidak ada kendaraan yang
lewat untuk menumpang, beliau sampai harus rela berjalan kaki. Yang
menginspirasi dari beliau adalah sifat gigih dan pantang menyerah nya lah yang
membuat saya kagum, dimana orang lain berhenti dan menyerah ia tetap
melanjutkan nya dengan semangat.
Ketika
beliau telah selesai mengenyam pendidikan sma, dia bercerita ingin melanjutkan
nya ke jenjang yang lebih tinggi, ia ingin menjadi perawat namun keinginan nya
tersebut tidak didukung oleh alm. Nenek nya. Nenek nya bilang waktu bahwa jadi
perawat itu tidaklah mudah, harus siap fisik dan mental. Harus siap akan tugas
nya yang tidak mudah seperti menjaga pasien di malam hari, atau di tugaskan di
daerah terpencil tambahnya.
Walaupun
begitu beliau masih tetap dengan pendiriannya dan sekolah di sekolah
keperawatan di daerah garut, selama bersekolah di keperawatan memang betul apa
kata alm. Nenek beliau menjadi perawat tidaklah mudah, terkadang dia bertugas
malam hari untuk merawat pasien yg dirawat inap. Setelah selesai di sekolah
keperawatan beliau menjadi perawat selama 1 tahun lebih kemudian beliau sekolah
lagi kebidanan di daerah bandung.
Setelah
beliau sukses menjadi bidan, dia tidak langsung kembali ditugaskan di daerah
yang dia inginkan, justru beliau malah ditugaskan di daerah terpencil di daerah
bungbulang, pencaharian masyarakat disana rata rata adalah petani. Beliau
tinggal di rumah seorang warga yang baik hati disana, bagi beliau rumah
tersebut sudah menjadi rumah kedua beliau dan orang tua beliau yang kedua,
jarak dari rumah ke puskesmas atau posyandu sangat lah jauh, harus menaiki
bukit yang terjang, jalan setapak sawah, dan melintasi sungai. Beliau bercerita
pernah suatu ketika dia pulang karena sangat lelah, dia menuruni bukit dengan
cara menyorosot dengan menggunakan daun pisang sebagai alasnya. Disana kekeluargaan
adalah hal utama dan karena rata rata bermata pencharian petani jadi beliau
tidak aneh jika pengobatan atau lahiran dibayar dengan buah buahan atau ayam
hidup. Walaupun sepertinya hidup disana susah tapi saya kagum karena sifat nya
yang tak pernah mengeluh dan selalu bahagia.
Waktu
pun berlalu kemudian dia bertemu seseorang di kampung halamannya di Garut yaitu
calon suaminya, beliau tidak menceritakan secara detail bagaimana pertemuannya,
privasi mungkin?? Tapi intinya setelah itu beliau menikah dan pindah ke daerah
cikampek di rawamas. Karena suaminya bekerja di daerah cikampek sebagai pegawai
swasta disana, waktu pun berganti dan sekarang beliau hidup bahagia dengan 2
orang anak.
Cerita
tersebut menginspirasi saya untuk tidak mudah menyerah untuk menggapai
kehidupan yang kita inginkan, pernah saya dengar cerita tentang monyet yang
lomba manjat pohon yang tingginya 100 meter. Pada awal mula semua peserta lomba
dengan semangat memanjat pohon, tapi ketika di tengah jalan saat ketinggian
mencapai 50 meter satu persatu monyet kelelahan dan menyerah memanjat pohon,
penonton pun kemudian lelah juga ingin cepat pulang dan menyoraki peserta yang
tersisa, “kamu tidak akan bisa cepat turun saja” sorak mereka, satu persatu
kemudian mereka menyerah, teriakan penonton pun semakin kencang “Turun Turun”,
dan tersisa 5 monyet lagi yang naik, akan tetapi 4 lainnya memutuskan untuk
mengakhiri perlombaan dan menyerah, walaupun tinggal 20 meter lagi. Tapi satu
monyet tidak menyerah, dia tetap memanjat, terus memanjat, semakin dekat dengan
garis finish, walaupun penonton terus memaki dia, dan mendownkan dia. “Ayo
turun, kamu tidak akan sampai ke puncak” , “turun turun” , “daripada kamu jatuh
lebih baik kamu menyerah saja”. Namun teriakan itu tidak membuat si monyet itu
lekas menyerah dia akhirnya berhasil mencapai puncak dan menjadi pemenang lomba
memanjat tersebut. Ketika ditanya apa yang membuat dia tidak ingin menyerah
saat dia di beri penghargaan dia tidak menjawab, kemudian datanglah seseorang
temannya, dan dia menggunakan bahasa isyarat kepada monyet tersebut. Barulah
diketahui bahwa monyet tersebut ternyata tuli, sehingga dia tidak dapat
mendengar suara monyet lainnya.
Apa
yang ingin saya sampaikan di cerita tersebut adalah jika kita ingin sukses,
kita harus berusaha semaksimal mungkin sama seperti perjuangan bu yeti sumiati dalam
essay ini, jangan dengarkan kata orang, jangan melihat kegagalan orang sebagai
alasan untuk menyerah, tetap berusaha karena usaha yang besar pasti akan
membuat sebuah perbedaan dan itulah yang bisa saya ambil.
Terima
kasih sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca essay tentang seseorang yang
menginspirasi, mohon maaf bila ada kata yang menyinggung pihak manapun,
selebihnya terima kasih.